Sabtu, 06 Januari 2018
Senin, 01 Januari 2018
Jumat, 12 Mei 2017
Penyakit Hati Sombong, Iri dan Dengki
Hati (bahasa Arab Qalbu) adalah bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal kita:
Rasulullah saw. bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)
Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.
Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.
Sombong
Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut.
Allah melarang kita untuk menjadi sombong:
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76]
Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa.
Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ “Uluumuddiin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.
Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20]
Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong?
‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)
Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.
Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.
Iri dan Dengki
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.
Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la)
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita.
Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)
Rabu, 10 Mei 2017
MUHASABAH
Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab, artinya secara etimologis melakukan perhitungan. Dalam terminologi syari, muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.
Baik bersifat vertikal, hubungan dengan Allah, maupun horisontal, hubungan dengan sesama manusia. Ia merupakan salah satu sarana yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT.
Urgensi muhasabah terlihat dalam empat hal berikut. Pertama, muhasabah merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS Al Hasyr [59]: 18).
Sedangkan, melanggar perintah Allah jelas akan membawa petaka. Menurut Imam Ibnu Katsir, makna ayat ini adalah “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Dan lihatlah amal-amal saleh yang telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kembali kalian dan pertemuan kalian dengan Rabb kalian ..
(Tafsir Ibnu Katsir V/69)
Sebelumnya, Umar bin Khathab pernah berkata, “ Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang karena lebih mudah bagi kalian menghisab diri kalian hari ini daripada besok (hari kiamat). Dan bersiaplah untuk menghadapi pertemuan terbesar. Ketika itu, kalian diperlihatkan dan tidak ada sesuatu pun pada kalian yang tersembunyi.
(Az Zuhd, Ahmad bin Hambal, h. 177)
Kedua, muhasabah termasuk Qadhaaya Imaniyah, diskursus keimanan. Artinya, barometer keimanan seorang mukmin sangat ditentukan oleh sejauh mana ia menerapkan muhasabah dalam kehidupannya. Untuk itu, perintah muhasabah dalam ayat di atas diawali dengan seruan mesra pada orang-orang beriman, Ya ayyuhalladziina aamanuu. Maka, keimanan tanpa muhasabah adalah hampa, bahkan dapat berbuah nestapa.
Ketiga, muhasabah adalah karakter orang bertakwa. Hal ini terlihat jelas ketika perintah muhasabah pada ayat tadi diapit oleh dua kali perintah takwa, “Bertakwalah kepada Allah. ” Berarti, mustahil seseorang sampai pada derajat takwa ketika tidak pernah mengiringi kehidupannya dengan muhasabah. Padahal, surga disiapkan Allah SWT hanya bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS Ali Imran [3]: 133)
Seorang dari generasi tabiin, Maimun bin Mihran (wafat 117 H), mengatakan, “Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya.
Keempat, muhasabah adalah kunci sukses kehidupan manusia unggul, seperti generasi terbaik umat ini, para sahabat. Sejarah mencatat, kehidupan mereka tidak pernah sepi dari muhasabah. Padahal, mereka orang yang ahli ibadah, jihad, aktif melakukan kebaikan dan perbaikan. Meskipun demikian, mereka tetap merasa takut. Jangan-jangan amal mereka tidak diterima oleh Allah SWT.
Abu Bakar Ash Shiddiq misalnya, pernah memegang lidahnya sambil mengatakan, “Lidah inilah yang menjerumuskan saya ke dalam banyak lobang (kesalahan).” Beliau sering menangis dan pernah berkata, “Demi Allah, sungguh saya berharap bisa menjadi pohon yang dimakan dan dilumat tanpa diminta pertanggungjawaban."
Umar bin Khathab saking seringnya menangis, sampai terlihat di wajahnya dua goresan hitam bekas tangisan. Diriwayatkan pula, beliau memukul kedua kakinya dengan cemeti apabila malam telah larut seraya berkata, “Apa yang telah kamu perbuat hari ini?”
Selain itu, Utsman bin Affan setiap kali berhenti di kuburan selalu menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya. Beliau berkata, “Seandainya aku ada di antara surga dan neraka, tidak tahu aku diperintahkan masuk ke mana, niscaya aku akan memilih untuk menjadi abu saja sebelum aku tahu ke mana aku ditempatkan!”
Begitu pula dengan Ali bin Abi Thalib, beliau dikenal banyak menangis dan takut serta rajin muhasabah.
Senin, 08 Mei 2017
Merasa cukup ?
Qona’ah merupakan sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Meski demikian, orang-orang yang memiliki sikap Qana'ah tidak berarti fatalis (orang yang percaya atau menyerah saja kepada nasib) dan menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar.
Orang-orang hidup Qana'ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan dunia yang dimilikinya, dibatasi dengan rambu-rambu Allah SWT. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya tak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qana'ahnya dan mempertebal rasa syukurnya.
Adapun contoh bersikap qana’ah dalam kehidupan, diantaranya :
- Giat bekerja dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik.
- Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak mudah kecewa dan berputus asa.
- Selalu bersyukur atas apa yang menjadi hasil usahanya, dan tidak pernah merasa iri atas keberhasilan yang diperoleh orang lain.
- Hidupnya sederhana dan menyesuaikan diri dengan keadaan, tidak rakus dan tidak tamak.
- Selalu yakin bahwa apa yang didapatnya dan yang ada pada dirinya merupakan anugerah dari Allah SWT.
Perbuatan Qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap apa yang kita miliki saat ini, Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam Hadits berikut ini:
Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.(Muttafaqun Alaih)
Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang Qana'ah menyikapinya sebagai ibadah yang mulia di hadapan Allah yang Maha kuasa, sehingga ia tidak berani berbuat licik, berbohong dan mengurangi timbangan. Ia yakin tanpa menghalalkan segala cara apapun, ia tetap mendapatkan rizki yang dijanjikan Allah. Ia menyadari akhir rizki yang dicarinya tidak akan melebihi tiga hal; menjadi kotoran, barang usang atau bernilai pahala di hadapan Allah.
Bila kita mampu merenungi dan mengamalkan makna dan pentingnya qona’ah maka kita akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman hidup. Dan hendaknya diketahui bahwa harta itu akan ditinggalkan untuk ahli waris.
Sabtu, 06 Mei 2017
Fadhilah membaca sholawat
Fadilah (keutamaan) bershalawat atas nabi sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran bahwa Allah Swt. dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi Muhammad Saw. seperti terlihat dalam firman-Nya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi." (QS.33:56).
Penggalan ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. melimpahkan rahmat bagi Nabi Muhammad Saw. dan para malaikat memintakan ampunan bagi Nabi Muhammad Saw. Karena itu, pada lanjutan ayat tersebut, Allah Swt. menyuruh orang-orang mukmin supaya bershalawat dan memberi shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.: "...Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Penggalan ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. melimpahkan rahmat bagi Nabi Muhammad Saw. dan para malaikat memintakan ampunan bagi Nabi Muhammad Saw. Karena itu, pada lanjutan ayat tersebut, Allah Swt. menyuruh orang-orang mukmin supaya bershalawat dan memberi shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.: "...Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Untuk mengetahui keutamaan apakah yang diperoleh orang-orang yang bershalawat, baiklah kita perhatikan maksud-maksud hadis yang di bawah lni.
Bersabda Nabi Saw :
Artinya: "Barangsiapa bershalawat untukku dipagi hari sepuluh kali dan di petang hari sepuluh kali, mendapatlah ia syafa'atku pada hari qiamat." (HR. Al-Thabrânî)
Artinya: "Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari qiamat, ialah manusia yang paling banyak bershalawat untukku." (HR. Al-Turmudzî).
Artinya: "Jibril telah datang kepadaku dan berkata: 'Tidakkah engkau ridha (merasa puas) wahai Muhammad, bahwasanya tak seorang pun dari umatmu bershalawat untukmu satu kali, kecuali aku akan bershalawat untuknya sebanyak sepuluh kali? Dan tak seorang pun dari umatmu mengucapkan salam kepadamu, kecuali aku akan meng-ucapkan salam kepadanya sebanyak sepuluh kali?! (HR. Al-Nasâ'i dan Ibn Hibban, dari Abû Thalhah).
Sabda Rasulullah Saw. yang Artinya: "Barangsiapa -ketika mendengar azan dan iqamat mengucapkan:"Allâhumma Rabba Hâdzih al-Da'wât al-Tâmmah, wa al-Shalât al-Qâ'imati, shalli 'alâ muhammadin 'abdika wa Rasûlika, wa A'tihi al-Washîlata wa al-Fadhîlata, wa al-Darâjata al-Râfi'ata, wa al-Syafâ'ata yawm al-Qiyâmati (Artinya: "Ya Allah, ya Tuhannya seruan yang sempurna ini, serta shalat yang segera didirikan ini, limpahkanlah shalawat untuk Muhammad, hamba dan rasul-Mu. Dan berilah ia wasilah dan fadilah serta derajat yang amat tinggi dan (izin untuk) bersyafaat pada hari Kiamat)..., maka (bagi siapa yang mengucapkan doa tersebut) niscaya akan beroleh syafaatku kelak."
Al-Ghazali didalam kitabnya Ihyâ 'Ulûm al-Dîn menceritakan seorang dari mereka (seorang dari kalangan ulama, sufi, ahli ibadah dsb.) pernah berkata: "Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa hadis, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan shalawat untuk Nabi Saw., tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya aku berjumpa dengan beliau dalam mimpi, dan beliau berkata kepadaku: 'Tidakkah sebaiknya engkau melengkapi shalawatmu untukku dalam bukumu itu?' Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan shalawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau."
Diriwayatkan dari Abû Al-Hasan, katanya: "Aku pernah berjumpa dengan Nabi Saw. dalam mimpi, lalu kukatakan kepada beliau: 'Ya Rasulullah, apa kiranya ganjaran bagi Al-Syâfi'i, ketika ia bershalawat untukmu dalam kitabnya: Al-Risâlah dengan ungkapan: 'Semoga Allah bershalawat atas Muhammad setiap kali ia disebut oleh para penyebut, dan setiap kali sebutan tentangnya dilalaikan oleh para pelalai?' Maka Nabi Saw. menjawab: 'Karena ucapannya itu, ia dibebaskan dari keharusan menghadapi perhitungan (hisab pada hari Kiamat).'"
Dalam kitab yang sama (Ihya) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatganda-nya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya ter-cakup :
- Pembaharuan iman kepada Allah.
- Pembaharuan iman kepada Rasul.
- Pengagungan terhadap Rasul.
- Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
- Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
- Dzikrullah.
- Menyebut orang-orang yang shalih.
- Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
- Bersungguh-sungguh dan tadharru' dalam berdoa.
- Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah
Masih banyak keutamaan-keutamaan bagi orang-orang yang melakukan atau membaca shalawat atas Nabi. Namun penyusun hanya menukil beberapa hadis dan qawl (perkataan) ulama.
Adapun faedah atau manfaat bershalawat atas Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dijelaskan hadis-hadis di atas terdapat sembilan belas perkara, yakni:
- Memperoleh curahan rahmat dan kebajikan dari pada Allah Swt.
- Menghasilkan kebaikan, meninggikan derajat dan menghapuskan kejahatan
- Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, apabila kita membacanya 100 Kali
- Menjauhkan kerugian, penyesalan dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang shalih
- Mendekatkan diri kepada Allah
- Memperoleh pahala seperti pahala memerdekakan budak
- Menghasilkan syafa'at
- Memperoleh penyertaan dari Malaikat rahmah
- Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi; Seseorang yang bershashalawat dan bersalam kepada Nabi, shalawat dan salamnya itu disampaikan kepada Nabi
- Membuka kesempatan berbicara dengan Nabi Saw.
- Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan meluaskan rezeki
- Melapangkan dada. Apabila seseorang membaca shalawat 100 kali, maka Allah akan melapangkan dadanya dan memberikan penerangan yang sinar seminarnya ke dalam hatinya
- Menghapuskan dosa. Apabila seseorang membaca dengan tetap tiga kali setiap hari, maka Allah akan menghapuskan dosanya
- Menggantikan shadaqah bagi orang yang tidak sanggup bershadaqah
- Melipatgandakan pahala yang diperoleh. Apabila seseorang bershalawat di hari Jumat, maka Tuhan akan memberikan kepadanya pahala yang berlipat ganda
- Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah di hari qiamat. Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah
- Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah
- Melepaskan diri dari kebingungan di hari qiamat. Apabila seseorang meninggalkan shalawat kepada Nabi, maka ia akan menghadapi kebingungan dan kekacauan di hari mahsyar
Memenuhi satu hak Nabi atau menunaikan suatu tugas ibadat yang diwajibkan atas kita. Apabila seseorang tidak bershalawat, berartilah ia enggan memenuhi suatu haq Nabi yang wajib ia penuhi.
Jumat, 05 Mei 2017
" TANDA-TANDA KEMATIAN "
Tanda 100 hari menjelang ajal : Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya. Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.
Tanda 40 hari menjelang kematian : Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut, daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.
Tanda 7 hari menjelang ajal : Akan diuji dengan sakit, orang sakit biasanya tidak selera makan.
Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.
Tanda 3 hari menjelang ajal : Terasa denyutan ditengah dahi, jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.
Tanda 1 hari sebelum kematian : Di waktu ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan kita tidak sempat menemui ashar besok harinya. Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita mengucapkan 2(dua) kalimat syahadat.
Sahabatku yang budiman, subhanallah, Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya. Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah mandi dan wudhu, meng- kafani dirinya, kecuali bagian wajah yang belum ditutup. Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup wajahnya. Subhanallah. Malaikat maut akan menampakkan diri pada orang- orang yang terpilih. Dan semoga kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun dan di manapun kita berada.
Dan semoga akhir hidup kita semua Husnul Khatimah, Aamiin..
Isi Hati yang Sepi Dengan Dzikir
Ketika arah mata angin berpaling dari sudut pandangnya, seketika berhembus angin musim kesepian. Seketika hati kecil berbisik akan kesendirianmu.
Si payung yang melihat Awan mendung menunggu akan tiba nya hujan. Tetes gerimis membasahi ku, hatiku pun berbisik, tidak kah si payung akan datang menghampiri ku.
Sepi, sunyi yang dirasa saat itu, dingin akan hawa kesendirian. Kutanya pada daun - daun yang bersimpuh gerimis, tapi daun tak akan pernah menjawabnya.
Ku menunggu segores pelangi, ia tak ada pernah datang, karena hanya gerimis yang menghampiri, tetapi matahari tak menyinari.
Tak melulu kau bersedih karena hati yang sepi, kamu lupa siapa yang setiap detik nafasmu selalu memperhatikan mu? Dia tak pernah tertidur, Dia maha kekal.
Ingatlah selalu Dia, ramaikanlah hati sepi mu dengan berdzikir. Hatimu tentram dan damai, sejuk seperti embun di pagi hari.
Mungkin ketika kau sudah siap dan matang akan sebuah niat yang baik, ingin menyempurnakan separuh agamamu, maka ketuklah pintu rumah fulanah, lalu ucapkan salam, jangan lupa datang dengan orang tua mu.
Hatimu sepi, ramaikanlah dengan dzikir, kamu tidak akan rugi, malah itu yang akan memperberat timbangan amal mu kelak.
Kamis, 04 Mei 2017
Persiapan Ramadhan..
Bisa dipastikan seorang muslim yang di dalam dadanya masih ada secercah iman akan menyambut gembira kedatangan tamu agung Ramadhan.
Ibarat akan kedatangan tamu mulia, pastilah tuan rumah akan melakukan persiapan penyambutan seperti membersihkan rumah dan halaman, menyiapkan kamar khusus, menyiapkan menu istimewa, dan lain sebagainya.
Lebih-lebih yang akan datang adalah bulan yang agung, bulan yang suci, bulan yang diberkahi dan penuh ampunan, yakni Ramadhan. Di antara hal-hal yang bisa dilakukan seorang Muslim dalam menyambut kedatangan Ramadhan adalah :
1. Menyiapkan kebersihan jiwa & hatiYakni dengan banyak memohon ampunan, meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, serta memperbanyak doa agar dipertemukan dengan Ramadhan.
Bagaimana mungkin seorang muslim yang menginginkan pahala yang begitu besar dan ampunan atas seluruh dosa, sementara dirinya tetap enjoy dengan kemaksiatannya.
Hal ini sangat penting karena kualitas ibadah seseorang akan ditentukan sejauh mana kefahamannya terhadap syari’at. Maka hendaknya setiap muslim berusaha untuk mempelajari persoalan yang ber-kaitan dengan ibadah Ramadhan agar benar-benar bisa memanfaatkan bulan mulia ini secara maksimal.
Pengetahuan tersebut bisa diperoleh dengan cara membaca buku-buku para ulama, atau menghadiri majelis ilmu yang membahas tentang Ramadhan.
Jangan pernah malu terhadap apa yang belum kau ketahui, tapi malulah terhadap apa yang belum kita pelajari!
Apa sih yang kalian tau tentang SURAT AL-FATIHAH ?
Surat Al-Fatihah dinamakan juga Ummul Quran, Ummul Kitab, Assab'ul Matsani, Al-Quranul Adhim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih riwayat at-Tirmidzi:
“Tidaklah Allah turunkan dalam Taurat, dan tidak pula dalam Injil, yang seperti Ummul Qur’an. Dan dia adalah tujuh yang berulang-ulang (as-sab’ul matsani). Dan dia –sebagaimana firman Allah dalam Hadits Qudsi– dibagi antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhari:
“Sungguh aku akan mengajarkanmu satu surah yang merupakan surah teragung dalam Al-Qur’an: alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, dia adalah tujuh yang berulang-ulang, dan al-Qur’an al-‘adhim yang diberikan kepadaku.”
Ada beberapa pendapat, kapan surat Al-Fatihah ini turun.
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيم َ
"Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung." (QS. Al-Hijr : 87)
Karena QS. Al-Hijr : 87 diturunkan di Mekkah, sementara dalam ayat itu menjelaskan surat Al-Fatihah, maka kami mengikuti pendapat yang menyimpulkan sudah barang tentu surat Al-Fatihah turun sebelum ayat yang menjelaskannya, yaitu turun pada Periode Mekkah, Surat Makiyyah.
Ada yang menarik dalam buku tarikh karya K.H Moenawar Chalil, tentang kisah turunnya surat Al-Fatihah ini.
Ketika telah hampir masanya Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama, ketika beliau sedang seorang diri, tiba-tiba terdengar seseorang memanggilnya dari belakang : "Ya Muhammad!"
Mendengar suara panggilan yang tidak terlihat orang yang memanggilnya itu, lantas beliau berlari ketakutan, dan kemudian beliau menuturkan pada Khadijah.
Kemudian Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah.
Setelah menceritakan kejadian yang dialaminya, maka Waraqah berpesan pada Nabi, "janganlah engkau berbuat begitu! Apabila ia datang lagi kepadamu, hendaklah engkau tetap, jangan takut hingga engkau mendengar apa yang dikatakannya, kemudian hendaklah engkau segera datang kepadaku lalu beritakanlah kepadaku."
Kemudian hingga pada suatu waktu, saat nabi sendiri, tiba-tiba ada suara memanggilnya lagi, "Wahai Muhammad, katakanlah :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Kemudian suara itu berkata lagi, "Katakanlah, laa ilaaha illallah."
Itulah salah satu alasan pihak yang berpendapat bahwa surat Al-Fatihah diturunkan sebagai "pendahuluan" atau "pembukaan" dari wahyu Ilahi lainnya.
Kandungan surat al-Fatihah bersifat singkat dan menyeluruh. Wahyu-wahyu setelahnya merupakan cabang-cabangnya / bagian-bagiannya yang diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Dan 5 ayat surat Al-Iqra adalah merupakan ayat/ wahyu yang pertama kali diturunkan berikutnya.
Allahu 'alam....
Langganan:
Postingan (Atom)
Sosial Media
Paling Dibaca
-
Hati (bahasa Arab Qalbu) adalah bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal kita: ...